untuk pertama ini saya akan memberikan contoh salah satu karya sastra. and.. let's see :)
Abu Nawas – Botol
Ajaib
Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada
kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan
berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga
dipanggil ke istana.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja
menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman. "Akhir-akhir ini aku sering
mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin."
kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
"Ampun Tuanku, apa yang bisa
hamba lakukan hingga hamba dipanggil." tanya Abu Nawas.
"Aku hanya menginginkan engkau
menangkap angin dan memenjarakannya." kata Baginda.
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah
kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap
angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang
ditangkap itu memang benar-benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat. Tidak
ada benda yang lebih aneh dari angin. Tidak seperti halnya air walaupun tidak
berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak. Baginda hanya
memberi Abu Nawas waktu tidak lebih dari tiga hari. Abu Nawas pulang membawa
pekerjaan rumah
dari Baginda Raja. Namun Abu Nawas tidak begitu sedih. Karena
berpikir sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu
kebutuhan. la yakin bahwa dengan berpikir akan terbentang jalan keluar dari
kesulitan yang sedang dihadapi. Dan dengan berpikir pula ia yakin bisa
menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang
miskin. Karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah
dari Baginda Raja atas kecerdikannya.
Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas
belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya.
Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan Baginda Raja. Abu
Nawas hampir putus asa. Abu Nawas benar-benar tidak bisa tidur walau hanya
sekejap.
Mungkin sudah takdir; kayaknya kali
ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah
Baginda. la berjalan gontai menuju istana. Di sela-sela kepasrahannya kepada
takdir ia ingat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.
"Bukankah jin itu tidak
terlihat?" Abu Nawas bertanya kepada diri sendiri. la berjingkrak girang
dan segera berlari pulang. Sesampai di rumah ia secepat mungkin menyiapkan
segala sesuatunya kemudian menuju istana. Di pintu gerbang istana Abu Nawas
langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu
kehadirannya.
Dengan tidak sabar Baginda langsung
bertanya kepada Abu Nawas. "Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai
Abu Nawas?"
"Sudah Paduka yang mulia."
jawab Abu Nawas dengan muka berseri-seri sambil mengeluarkan botol yang sudah
disumbat. Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu.
Baginda menimang-nimang botol itu.
"Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda.
"Di dalam, Tuanku yang
mulia." jawab Abu Nawas penuh takzim.
"Aku tak melihat apa-apa."
kata Baginda Raja.
"Ampun Tuanku, memang angin tak
bisa dilihat, tetapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka
terlebih dahulu." kata Abu Nawas menjelaskan. Setelah tutup botol dibuka
Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung.
"Bau apa ini, hai Abu
Nawas?!" tanya Baginda marah.
"Ampun Tuanku yang mulia, tadi
hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin
yang hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat
mulut botol." kata Abu Nawas ketakutan.
Tetapi Baginda tidak jadi marah
karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Dan untuk kesekian kali Abu
Nawas selamat.
Unsur Intrinsik Hikayat Abu Nawas
“Botol Ajaib”
µ Tema :
Semangat/ Kerja Keras
µ Tokoh :
a. Abu Nawas
Memiliki
watak yang cerdik, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha untuk mengerjakan
sesuatu walaupun terkadang hal itu aneh, tidak mungkin dan sulit dilakukan
b. Baginda Raja
Memiliki
watak yang licik.selalu berusaha menjatuhkan abu nawas dengan ide-ide dan
perintah-perintah anehnya terhadap abu nawas, namun walaupun demikian, abu
nawas selalu saja memecahkan masalah yang dihadapinya
µ Latar :
Latar tempat :
Rumah Abu Nawas, Istana Baginda Raja, Jalan
Latar suasana : Tegang.
µ Alur : Menggunakan Maju karena dicerikan mulai dari awal hingga
akhir permasalahan.
µ Sudut penceritaan: Orang
ketiga (pihak penulis), karena cerita tidak secara langsung terjadi namun ada
pihak ketiga yang menceritakan kisah tersebut.
µ Gaya Bahasa :
ü Majas Personifikasi pada
kata "Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib
pribadiku, aku kena serangan angin." kata Baginda Raja
memulai pembicaraan. Dan pada "Aku hanya menginginkan engkau menangkap
angin dan memenjarakannya." kata Baginda. Serta pada Abu Nawas “menggondol
sepundi penuh uang emas”
Dalam cerita tersebut, majas yang
dominan digunakan bahkan terhadap semua kata yang menggunakan majas adalah
majas Personifikasi yaitu majas dengan sifat seolah-olah menurunkan sifat benda
hidup terhadap benda Mati.
µ Amanat :
ü Jangan berputus asa menghadapi
suatu masalah
ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan, maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis diri bahwa kita tak mampu melakukannya namun berusahalah untuk mengerjakannya karena selama kita mau berusaha, kita insya Allah dapat menyelesaiakan masalah itu, sppperti yang dilakukan oleh Abu nawas.
ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dipecahkan, maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis diri bahwa kita tak mampu melakukannya namun berusahalah untuk mengerjakannya karena selama kita mau berusaha, kita insya Allah dapat menyelesaiakan masalah itu, sppperti yang dilakukan oleh Abu nawas.
ü Jangan mencoba menjatuhkan
seseorang dengan akal licik dan curang
Kita tidak boleh memiliki sifat
seperti raja yang selalu berusaha menjatuhkan Abu nawas dengan akal licik dan
curang. Karena sesungguhnya itu akan merugikan kita sendiri.
ü Jangan sewena-wena dengan
jabatan.
Kita tidak boleh memiliki sifat
seperti baginda Raja yang seenaknya memerintah seseorang untuk melakukan
hal-hal aneh yang sebenarnya jika dipikir secara logis tidak mungkin dilakukan,
memerintahkan hal yang aneh dengan maksud curang terhadap seseorang karena
merasa dirinya memiliki kewenangan sebagai seorang raja.
Unsur Ekstrinsik Hikayat Abu Nawas
“Botol Ajaib”
µ Nilai Sosial
Nilai sosial yang terkandung yaitu
seseorang seperti baginda raja walaupun memiliki jabatan yang tinggi, ia tetap
membutukan bantuan orang lain untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Artinya seorang raja itu juga makhluk sosial
µ Nilai Budaya :
Nilai Budaya yang terkandung yaitu
samapai sekarang sistem kerajaan masih banyak diterapakan, masih banyak ditemukan
sistem politik kekuatan, siapa yang memiliki kekuatan besar dan wewenang
pemerintahan berhak untuk memerintah bawahannya.
µ Nilai Pendidikan :
Nilai Pendidikan yang terkandung
yaitu didalam mengerjakan sesuatu, kita jangan terlalu cepat berputus asa,
misalnya kita diberi tugas yang susah oleh guru, kita harus berusaha
mengerjakannya.
µ Nilai Moral :
Nilai Moral yang terkandung yaitu
jangan terlalu sewena-wena dengan jabatan, jadikan diri kita bermoral dengan
berperilaku yang bermoral bagi sesama tanpa memandang status atau derajat.
µ Nilai Politik :
Nilai Politik yang terkandung yaitu
dalam cerita tersebut diceritakan sebuah cerita kerajaan, kerajaan
merupakan sistem politik pada zaman dahulu dan bahkan sampai sekarang
masih diterapkan diberbagai negara dan daerah.
No comments:
Post a Comment